CONTOH – CONTOH SEL VOLTA DALAM KEHIDUPAN SEHARI – HARI

12
11:49:00 PM


CONTOH – CONTOH SEL VOLTA DALAM KEHIDUPAN SEHARI – HARI


SEL VOLTA

Sel volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik. Sel volta ini ditemukan oleh dua orang ahli berkebangsaan Italia. Mereka berdua adalah Alessandro Giuseppe Volta (1745-1827) dan Lugini Galvani (1737-1798).
 Ciri khas dari sel volta adalah menggunakan jembatan garam. Jembatan garam berupa pipa U yang diisi agar-agar yang mengandung garam kalium klorida. Sel volta terdiri dari anoda yang bermuatan negatif dan katoda yang bermuatan positif. Pada anoda terjadi proses oksidasi, oksidasi adalah pelepasan elektron. Sedangkan pada katodanya terjadi proses reduksi, reduksi adalah penangkapan elektron.
Sel volta banyak sekali digunakan pada kehidupan sehari-hari. Sel volta yang biasa digunakan pada kehidupan manusia seperti jenis-jenis baterai dan aki (accu). Baterai dan aki sangatlah berbeda, perbedaan ini dapat dilihat dari setelah pemakaian kedua benda tersebut. Baterai apabila sudah terpakai tidak dapat digunakan lagi karena sudah tidak ada lagi arus listrik pada baterai tersebut. Sedangkan, aki apabila arus listriknya sudah habis dapat diisi lagi dengan mengalirkan arus listrik.
 Sel volta dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Sel Volta Primer, Sel Volta Sekunder, Sel Bahan Bakar. Ketiga bagian tersebut juga memiliki contoh masing-masing lagi. Oleh karena itu marilah kita lihat pembahasan mengenai macam-macam dari sel volta berikut ini.  

v  SEL VOLTA PRIMER
a.      Sel Kering Seng – Karbon
Sel kering juga dapat disebut sel Lenchanche atau baterai. Baterai kering ini mendapatkan hak paten penemuan di tahun 1866. Sel Lanchache ini terdiri atas suatu silinder zink berisi pasta dari campuran batu kawi (MnO2), salmiak (NH4Cl), karbon (C), dan sedikit air. Dengan adanya air jadi baterai kering ini tidak 100% kering.
Sel ini biasanya digunakan sebagai sumber tenaga atau energi pada lampu, senter, radio, jam dinding, dan masih banyak lagi. Penggunaan logam seng adalah sebagai anoda sedangkan katoda digunakan elektrode inert, yaitu grafit, yang dicelupkan ditengah-tengah pasta. Pasta ini bertujuan sebagai oksidator. Seng tersebut akan dioksidasi sesuai dengan persamaan reaksi di bawah ini:
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e-  (anoda)
Sedangkan katoda terdiri atas campuran dari MnO2 dan NH4Cl. Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut:
2MnO2(s) + 2NH4+(aq) 2e- → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l)  (katoda)
Katoda akan menghasilkan ammonia, ammonia ini akan bereaksi dengan Zn2+ yang dihasilkan di anode. Reaksi tersebut akan membentuk ion yang kompleks [Zn(NH3)4]2+. Sel kering ini tidak dapat digunakan berulang kali dan memiliki daya tahan yang tidak lama. Dan harganya di pasaran sangatlah murah.

b.      Baterai Merkuri
Baterai merkuri ini merupakan satu dari baterai kecil yang dikembangkan untuk usaha perdagangan atau komersial. Anoda seng dan katoda merkuri (II) oksida (HgO) adalah penyusun dari baterai merkuri ini yang dihubungkan dengan larutan elektrolit kalium hidroksida (KOH). Sel ini mempunyai beda potensial ± 1,4V. Reaksi yang terjadi pada baterai ini adalah:
Zn(s) + 2OH-(aq) → ZnO(s) + H2O + 2e-  (anoda)
HgO(s) + H2O + 2e- → Hg(l) + 2OH-(aq)  (katoda)
Reaksi dari keseluruhan atau disebut reaksi bersih adalah:
Zn(s) + HgO(s) → ZnO(s) + Hg(l) 




c.       Baterai Perak Oksida
Baterai perak oksida tergolong tipis dan harganya yang relatif lebih mahal dari baterai-baterai yang lainnya. Baterai ini sangat populer digunakan pada jam, kamera, dan kalkulator elektronik. Perak oksida (Ag2O) sebagai katoda dan seng sebagai anodanya. Reaksi elektrodenya terjadi dalam elektrolit yang bersifat basa dan mempunyai beda potensial sama seperti pada baterai alkaline sebesar 1,5V. Reaksi yang terjadi adalah:
Zn(s) + 2OH-(aq) → Zn(OH)2(s) + 2e-  (anoda)
Ag2O(s) + H2O + 2e- → 2Ag(s) + 2OH-(aq)  (katoda)

d.      Baterai Litium
Terdiri atas litium sebagai anoda dan MnO2 sebagai oksidator (seperti pada baterai alkaline). Baterai Litium ini dapat menghasilkan arus listrik yang lebih besar dan daya tahannya lebih lama dibandingkan baterai kering yang berukuran sama. Berikut notasi dari baterai Litium:
Li│Li+ (pelarut non-air)│KOH (pasta)│MnO2, Mn(OH)3, C





v  SEL VOLTA SEKUNDER
a.      Aki Timbal
  Aki merupakan jenis baterai yang dapat digunakan untuk kendaran bermotor atau automobil. Aki timbal mempunyai tegangan 6V atau 12V, tergantung jumlah sel yang digunakan dalam konstruksi aki timbal tersebut. Aki timbal ini terdiri atas katoda PbO2 (timbel(IV) oksida) dan anodanya Pb (timbel=timah hitam). Kedua zat sel ini merupakan zat padat, yang dicelupkan kedalam larutan H2SO4. Reaksi yang terjadi dalam aki adalah:
Pb(s) + SO42-(aq) → PbSO4(s) + 2e-  (anoda)
PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42-(aq) + 2e- → PbSO4(s) + 2H2O  (katoda)
      Aki ini dapat diisi ulang dengan mengalirkan lagi arus listrik ke dalamnya. Pengisian aki dilakukan dengan membalik arah aliran elektron pada kedua elektrode. Pada pengosongan aki, anoda (Pb) mengirim elektron ke katoda (PbO2). Sementara itu pada pengisian aki, elektrode timbal dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus sehingga Pb2SOyang terdapat pada elektrode timbal itu direduksi. Berikut reaksi pengisian aki:
PbSO4(s) + H+(aq) +2e- → Pb(s) + HSO4-(aq)  (elektrode Pb sebagai katoda)
PbSO4(s) + 2H2O(l) → PbO2(s) + HSO4-(aq) + 3H+(aq) + 2e-   (elektrode PbO2 sebagai anoda).







b.      Baterai Nikel Kadmium
Baterai nikel-kadmium merupakan baterai kering yang dapat diisi ulang. Sel ini biasanya disebut nicad atau bateray nickel-cadmium. Reaksi yang terjadi pada baterai nikel-kadmium adalah:
 Cd(s) + 2OH-(aq) → Cd(OH)2(s) + 2e-  (anoda)
NiO2(s) + 2H2O + 2e- → Ni(OH)2(s) + 2OH-(aq)  (katoda)
Reaksi keseluruhan adalah:
Cd(s) + NiO(aq) + 2H2O(l) → Cd(OH)2(s) + Ni(OH)2(s)
      Baterai nikel-kadmium merupakan zat padat yang melekat pada kedua elektrodenya. Baterai nikel-kadmium memiliki tegangan sekitar 1,4V. Dengan membalik arah aliran elektron, zat-zat tersebut dapat diubah kembali seperti zat semula.

c.       Sel Perak Seng

      Sel ini mempunyai kuat arus (I) yang besar dan banyak digunakan pada kendaran-kendaraan balap. Sel perak seng dibuat lebih ringan dibandingkan dengan sel timbal seng. KOH adalah elektrolit yang digunakan dan elektrodenya berupa logam Zn (seng) dan Ag (perak).

d.      Sel Natrium Belerang

      Sel natrium belerang ini dapat menghasilkan energi listrik yang lebih besar dari sel perak seng. Elektrodenya adalah Na (natrium) dan S (sulfur).       


e.       Sel Bahan Bakar
Sel bahan bakar adalah sel yang menggunakan bahan bakar seperti campuran hidrogen dengan oksigen atau campuran gas alam dengan oksigen. Sel bahan bakar ini biasanya digunakan untuk sumber energi listrik pesawat ulang-alik, pesawat Challenger dan Columbia. Yang berperan sebagai katode adalah gas oksigen dan anodanya gas hidrogen. Masing-masing elektrode dimasukkan kedalam elektrode karbon yang berpori-pori dan masing-masingnya elelktrode digunakan katalis dari serbuk platina.
Katoda: menghasilkan ion OH-
O2(g) + 2H2O(l) + 4e- → 4OH-(aq)
Anoda: dari katode bereaksi dengan gas H2
H2(g) + 2OH-(aq) → 2H2O(l) + 2e-
Reaksi selnya adalah: O2(g) + 2H2(g) → 2H2O(l)


Continue reading →

CAMPURAN URINE SAPI DAN EKSTRAK DAUN KLERESEDE SEBAGAI ALTERNATIF INSEKTISIDA ALAMI

0
11:05:00 PM

BAB I
  PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Saat ini bidang pertanian banyak mengalami penurunan kuantitas. Salah satu factor yang menyebabkannya adalah semakin marak dan berkembangnya hama tanaman insect atau serangga.
Hewan – hewan herbivore ini mengganggu kestabilan tanaman dengan cara memakan dedaunan yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan suatu tanaman. Para petani telah menerapkan pola baru sebagai tindak pencegahan yaitu dengan cara penyemprotan insektisida.
Insektisida adalah suatu senyawa atau larutan dimana di dalamnya terdapat unsur – unsure kimia yang apabila tertelan atau terhirup oleh serangga akan mengacaukan system pencernaan dari serangga tersebut.
Saat ini produk  produk insektisida telah banyak berkembang, baik alami maupun sintetis. Akan tetapi prosentase petani lebih memilih menggunaka insektisida buatan pabrik dengan pertimbangan lebih praktis dan tidak repot serta ampuh dalam mengusir serangga.
Padahal apabila di kaji penggunaan dari insektisida sintetis ini dapat menurunkan kualitas dari suatu tanaman. Hal ini disebabkan penyemprotan insektisida tidak hanya mengenai daun sebagai sasaran utama tetapi juga bagian lain tumbuhan temasuk buah yang nantinya akan di hasilkan.
Sisa – sisa bahan kimia tersebut akan terus menempel dan terserap hingga mempengaruhi kualitas hasil panen yang nantinya apabila di konsumsi manusia akan menimbulkan efek negative seperti misalnya pertumbuhan sel – sel yang tidak pada tempatnya.
Melihat permasalahan ini penulis tertarik untuk membuat suatu pandangan baru tentang insektisida dengan mengankat judul “ Campuran Urine Sapi dan Ekstrak Daun Kleresede sebagai Insektisida Alami”. Dengan harapan dapat memberikan inovasi baru kepada para petani dan memanfaatkan limbah sapi serta dedaunan yang biasanya tidak di manfaatkan.
Dimana alternative ini memiliki banyak keunggulan diantaranya : tidak merusak kualitas tanaman, tidak memerlukan biaya yang banyak, dan memiliki kemampuan mengusir serangga dengan lebih efektif.

2.      Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji nantinya di rumuskan sebagai berikut :
-          Apa saja kandungan dari urine sapi dan ekstrak daun kleresede sehingga dapat di gunakan sebagai insektisida?
-          Bagaimana cara pembuatan insektisida dari campuran urine sapi dan ekstrak daun kleresede?
-          Bagaimana mekanisme cara kerja insektisida dari urine sapi dan ekstrak daun kleresede?

3.      Batasan Masalah
Agar masalah yang di kaji tidak melebar dan tidak menimbulkan kesalah pahaman, maka penulis menetapkan batasan masalah pada :
-          Pemanfaatan urine sapi dan ekstrak daun kleresede sebagai insektisida alami
-          Kandungan urine sapi daun ekstrak daun kleresede hanya terbatas pada kandungan yang berfungsi sebagai insektisida
-          Pembahasan tentang cara kerja insektisida hanya pada pencernaan serangga
4.      Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian dan penulisan karya ini adalah sebagai berikut :
-          Untuk mendapatkan informasi tentang pemanfaatan urine sapi dan ekstrak daun kleresede yang dapat digunakan sebagai insektisida
-          Mengetahui adanya kandungan – kandungan dalam urine sapi dan ekstrak daun kleresede yang digunakan sebagai insektisida alami
-          Mengetahui proses pembuatan insektisida alami dengan menggunakan urine sapi dan ekstrak daun kleresede
-          Mengetahui cara kerja dari insektisida yang di maksud

5.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah :
a.       Secara teoritis
Secara teoritis penelitian dan penulisan karya ini diharapkan :
-          Memberi informasi tentang salah satu manfaat urine sapi dan ekstrak daun kleresede di bidang pertanian.
-          Memberi sumbangan pemikiran sebagai bahan masukan bagi pihak – pihak yang terkait di bidang pertanian
-          Menambah wawasan

b.      Secara aplikasi
Dari segi penerapan penulisan ini diharapkan :
-          Mampu mengatasi masalah pertanian yang berkaitan dengan hama serangga.
-          Meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen


BAB II
 LANDASAN TEORI

1.      Insektisida
Insektisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh serangga pengganggu (hama serangga). Insektisida dapat membunuh serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan meracuni makanannya (tanaman) dan dengan kontak langsung dengan si serangga tersebut.
a.       Meracuni makanannya
Hal ini dilakukan dengan penyemprotan terhadap tanaman lebih dahulu. Kemudian Insektisida akan diserap oleh bagian-bagian tanaman melalui stomata, meristem akar, lentisel batang dan celah-celah alami. Selanjutnya insektisida akan melewati sel-sel menuju ke jaringan pengangkut baik xylem maupun floem. Insektisida akan meninggalkan residunya pada sel-sel yang telah dilewatinya. Melalui pembuluh angkut inilah insektisida ditranslokasikan ke bagian-bagian tanaman lainnya baik kearah atas (akropetal) atau ke bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh.
Ketika serangga memakan tanaman yang telah di semprot dengan insektisida tersebut insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif insektisida. Misalkan menuju ke pusat syaraf serangga, menuju ke organ-organ respirasi, meracuni sel-sel lambung dan sebagainya. Oleh karena itu, serangga harus memakan tanaman yang sudah disemprot insektisida yang mengandung residu dalam jumlah yang cukup untuk membunuh. Dengan begitu serangga akan mengalami kematian.


b.      Membunuh serangga secara langsung (racun kontak)
Ini adalah cara kerja dari insektisida dengan menyemprotkan langsung ke sasaran (serangga).  Insektisida ini masuk ke dalam tubuh melalui kulit, celah/lubang alami pada tubuh (trachea) atau langsung mengenai mulut si serangga. Serangga akan mati apabila bersinggungan langsung (kontak) dengan insektisida tersebut. Kebanyakan racun kontak juga berperan sebagai racun perut.
Selain itu sasaran dari insektisida melalui kontak langsung adalah pernafasan. Insektisida ini masuk melalui trachea serangga dalam bentuk partikel mikro yang melayang di udara. Serangga akan mati bila menghirup partikel mikro insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun pernafasan berupa gas, asap, maupun uap dari insektisida cair.
Sifat-sifat atau cara kerja insektisida tersebut mempunyai spesifikasi terhadap cara aplikasinya :
1. Untuk mengendalikan hama yang berada didalam jaringan tanaman (misalnya hama penggerek batang, penggorok daun) penanganannya dilakukan dengan insektisida sistemik atau sistemik local, sehingga residu insektisida akan ditranslokasikan ke jaringan di dalam tanaman. Akibatnya hama yang memakan jaringan didalam tanaman akan mati keracunan. Hama yang berada didalam tanaman tidak sesuai bila dikendalikan dengan aplikasi penyemprotan insektisida kontak, karena hama didalam jaringan tanaman tidak akan bersentuhan (kontak) langsung dengan insektisida.
2. Untuk mengendalikan hama-hama yang mobilitasnya tinggi (belalang, kutu gajah dll), penggunaan insektisida kontak murni akan kurang efektif, karena saat penyemprotan berlangsung, banyak hama tersebut yang terbang atau tidak berada di tempat penyemprotan. Namun, selang beberapa hari setelah penyemprotan, hama tersebut dapat kembali lagi. Pengendalian paling tepat yaitu dengan menggunakan insektisida yang memiliki sifat kontak maupun sistemik dengan efek residual yang agak lama. Dengan demikian apabila hama tersebut kembali untuk memakan daun, maka mereka akan mati keracunan.
Insektisida dibedakan menjadi dua yaitu insektisida alami dan insektisida sintetis. Berikut penjelasannya :
a.       Insektisida alami
Insektisida alami adalah insektisida yang dibuat dari berbagai bahan alami, seperti misalnya daun – daunan, dan biji – bijian.
b.      Insektisida sintetis
Insektisida sintetis adalah insektisida yang dalam proses pembuatannya menggunakan zat – zat kimia sintetis.
Selain itu, penggunaan insektisida sintetis menyebabkan tiga permasalahan pokok diantaranya menimbulkan resistensi hama, membengkaknya biaya produksi insektisida, dan menimbulkan dampak negatif bagi manusia, ternak dan lingkungan (Jumpowati 1999) .
Di kaji dari cara pembuatannya kita dapat melihat berbagai keunggulan insektisida alami yang tidak dimiliki oleh insektisida sintetis. Insektisida alami relative lebih aman di gunakan. Proses pembuatannya tidak mengikutsertakan senyawa-senyawa kimia yang berbahaya. Semua bahan yang di gunakan murni dari alam sehingga tidak memberi efek negative selain membunuh serangga yang menjadi sasaran dari insektisida tersebut.
Berlainan halnya dengan insektisida sintetis. Dalam proses pembuatannya turut di campurkan senyawa – senyawa kimia yang berbahaya. Hal ini memberi dapak negative terhadap kualitas tanaman. Apabila tanaman itu nantinya di konsumsi oleh manusia zat – zat yang menempel tersebut tidak bisa di sintesis oleh tubuh dan akhirnya menumpuk di dalam tubuh dan memicu pertumbuhan sel yang salah. Selain itu penggunaan dari insektisida sintetis juga akan membunuh organisme lain yang sebenarnya berperan dalam peningkatan kesuburan tanah seperti cacing.
2.      Kleresede
Kleresede merupakan tanaman yang sudah tidak asing dalam kehidupan kita. Kleresede banyak di temukan di daerah pedesaan. Tanaman dengan nama ilmiah Glirecidae sp ini memiliki tinggi kurang lebih 4 – 5 meter. Selain mudah diperoleh tanaman ini juga memiliki berbagai kandungan yang dapat dimanfaatkan.
Batang kleresede kira – kira berdiameter 10 - 15 cm. Dengan diameter sekian, batang kleresede biasanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Karena jenis kayunya yang sedikit lunak, batang kleresede tidak bisa di manfaatkan sebagai bahan bangunan atau mebeler.
Daun kleresede berbentuk sederhana oval dengan tulang daun sejajar dan memiliki jumlah daun ganjil pada setiap tangkainya. Daun kleresede inilah yang memiliki banyak kandungan yang bisa di manfaatkan.
Daun kleresede ini meliliki kandungan acetoginin seperti bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi yang tinggi senyawa acetoginin memiliki keistimewaan yaitu sebagai anti feedent. Dalam hal ini serangga tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang di sukainya. Sedangkan pada konsentrasi yang rendah bersifat racun perut yang akan menyebabkan serangga menemui ajal apabila masuk ke dalam pencernaannya.
Acetoginin, mengganggu perkembangan serangga dengan cara mengurangi jumlah ATP yang dibutuhkan serangga. Caranya, acetoginin masuk dan menempel pada dinding sel, lalu masuk ke dalam sel dan merusak ATP di dinding mitokondria.
Bulatacin dan squamosin, bekerja dengan cara menghambat kerja enzim yang berperan dalam pencernaan serangga sehingga system pencernaan tidak dapat bekerja maksimal.

3.      Urine sapi
Urine sapi adalah hasil ekskresi dari alat pencernaan sapi. Urine sapi selain memiliki kandungan nutrisi dan zat hara yang menyuburkan tanah dan sangat dibutuhkan bagi tumbuhan, urine sapi bisa digunakan untuk mengusir serangga. Hal ini di sebabkan karena bau dari urine sapi itu sendiri yang khas dan menyengat yang sangat tidak di sukai oleh serangga, sehingga serangga akan menghindar apabila mendapati bau tersebut berada di dekatnya. (Phrimantoro, 1995).

BAB III
 METODOLOGI PENELITIAN

1.      Subjek Penelitian
Subjek yang diambil oleh penulis adalah urine sapi dan ekstrak daun kleresede.

2.      Waktu
Waktu yang di butuhkan oleh penulis untuk meneliti dan menyelesaikan penulisan ini sekitar satu setengah bulan. Yang di mulai pada pertengahan Februari sampai akhir bulan Maret 2011.

3.      Tempat
Tempat yang di gunakan penulis untuk meneliti dan mengkaji masalah adalah:
-          Perpustakaan desa INDIKA
-          Rumah Bp Mul (Narasumber)
-          Internet
-          Sawah

4.      Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data yang di lakukan oleh penulis dalam penyusunan Karya Ilmiah ini adalah :
-          Study Pustaka, yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan pustaka atau literature sebagai bahan kajian, yang di lakukan di perpustakaan desa INDIKA, dan browsing di internet.
-          Interview, adalah metode pengumpulan data dengan mewawancarai seorang informan atau narasumber
-          Eksperimen

5.      Informan
Informan atau narasumber dalam karya ini adalah Bp. Mulyono, salah satu anggota kelompok tani desa sambirejo yang beralamatkan di Sambeng V, Sambirejo, Ngawen.


BAB IV
 PEMBAHASAN
1.      Kandungan Urine Sapi dan Daun kleresede
Sebagai insektisida urine sapi dan daun kleresede memiliki kandungan sebagai berikut :
-          Urine sapi : berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, ternyata urine sapi dapat mengusir serangga karena baunya yang sangat menyengat dan khas. Bau tersebut apabila di hirup akan menimbulkan efek yang luar biasa pada respirasi serangga.
-          Daun kleresede : berdasar tinjauan pustaka yang telah dilakukan, daun kleresede mempunyai kandungan acetoginin seperti bulatacin dan squomosin.
Acetoginin : Pada konsentrasi yang tinggi senyawa acetoginin ini memiliki keistimewaan yaitu sebagai anti feedent. Dalam hal ini serangga tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang di sukainya. Sedangkan pada konsentrasi yang rendah bersifat racun perut yang akan menyebabkan serangga menemui ajal apabila masuk ke dalam pencernaannya.
Acetoginin, mengganggu perkembangan serangga dengan cara mengurangi jumlah ATP yang dibutuhkan serangga. Caranya, acetoginin masuk dan menempel pada dinding sel, lalu masuk ke dalam sel dan merusak ATP di dinding mitokondria.
Bulatacin dan squamosin : bekerja dengan cara menghambat kerja enzim yang berperan dalam pencernaan serangga sehingga system pencernaan tidak dapat bekerja maksimal.

2.      Prosedur Kerja dalam Pembuatan Insektisida
A.    Prosedur Kerja
Alat dan bahan :
-          Panci Besar dengan tutupnya
-          Pengaduk
-          Daun kleresede dan urine sapi dengan perbandingan 60% : 40%
Langkah kerja :
-          Mengekstrak daun kleresede dan menaruhnya di dalam panci atau wadah yang besar
-          Menambahkan urine sapi secukupnya ke dalam panci setelah sebelumnya dibiarkan selama 2 – 3 hari
-          Mengaduk  sampai tercampur
-          Menutup panci besar tersebut dan membiarkannya selama kurang lebih 5 hari
-          Menambahkan air dengan konsentrasi 1 : 10 dan mencampurkannya
-          Memasukkan larutan tersebut ke dalam tangki
-          Insektisida siap di gunakan

B.     Pembahasan Prosedur Kerja
Pembuatan insektisida alami ini merupakan percampuran antara ekstrak daun kleresede dan urine sapi. Mengapa harus di campur? Suatu larutan yang mengandung zat yang memiliki sifat yang sama apabila di campurkan akan menghasilkan sifat yang sama yang lebih kuat.
Demikian pula yang di harapkan pada percampuran antara ekstrak daun kleresede dengan urine. Sama – sama memiliki sifat sistogenik yaitu sifat yang tidak di sukai oleh serangga . Apabila kleresede ini di campurkan dengan urine sapi maka akan menghasilkan suatu insektisida dengan dua keunggulan. Yang pertama membuat serangga menghindar dengan bau menyengat yang berasal dari urine sapi tersebut.
Yang ke dua, apabila suatu serangga dengan mobilitas tinggi yang biasanya tidak terganggu oleh bau tanaman tetap akan menghindar karena ekstrak daun kleresede yang membuat serangga keracunan apabila di telan dan masuk ke dalam pencernaan.
Mengapa di sini daun kleresede harus di ekstrakkan terlebih dahulu, hal itu dikarenakan kandungan yang terdapat pada daun akan lebih sempurna dan dapat di gunakan secara maksimal apabila dalam bentuk ekstrak. Sari – sari yang terdapat di dalam daun akan terurai sehingga dapat di gunakan secara maksimal. Selain itu apabila sudah diekstrak akan lebih mudah di campurkan.
Di sini juga di sebutkan bahwa urine sapi harus dibiarkan selama 2 – 3 hari, hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan bau menyengat sehingga para petani tidak terganggu oleh bau tersebut. Meskipun demikian serangga tetap bisa membauinya karena memiliki penciuman yang lebih peka.
Penutupan panci setelah percampuran urine sapi dan ekstrak daun kleresede di maksudkan agar proses fermentasi terjadi dengan sempurna. Sehingga nantinya menghasilkan insektisida yang merupakan hasil fermentasi yang terbaik dan tidak menghilangkan nutrisi dan kandungan zat – zat yang nantinya di butuhkan, serta sifat – sifat dari insektisida tersebut.
Disini di sebutkan bahwa sebelum di gunakan harus di tambahkan air terlebih dahulu. Dengan konsentrasi 1 : 10. Hal ini di maksudkan agar terjadi proses pengenceran. Tetapi di sini air yang ditambahkan hanya sepersepuluh dari larutan yang ada.
Hal ini dikarenakan pada saat pengekstrakan daun kleresede sudah menggunakan air. Konsentrasi air yang berlebihan akan membuat larutan terlalu encer. Akan tetapi di dalam larutan insektisida ini harus tetap di tambahkan dengan air, karena konsentrasi urine sapi masih pekat. Kondisi dimana urine sapi pekat akan menyebabkan daun tanaman terbakar.

3.      Mekanisme Cara Kerja Insektisida Urine Sapi Dan Ekstrak Kleresede
Adapun mekanisme proses yang terjadi disini adalah insektisida ekstrak daun kleresede dan urine sapi di semprotkan ke tanaman. Meskipun merupakan campuran antara ekstrak daun kleresede dan urine, tetapi akan mengalami perlakuan yang berbeda. Oleh tumbuhan, senyawa tersebut akan di pisahkan, zat ekstrak daun kleresede akan di serap sehingga masuk ke dalam jaringan daun. Akan tetapi apabila insektisida ini mengenai batang maka zat kleresede tetap akan menempel pada batang tumbuhan, penyerapan yang di lakukan pada batang hanya sebatas yang di butuhkan yaitu sekitar daerah epidermis saja.
Sedangkan untuk urine sapi akan diserap oleh seluruh tubuh tumbuhan yang terkena. Hal ini dikarenakan terdapat adanya kandungan nutrisi pada tanaman, maka nutrisi tersebutlah yang akan di serap pertama kali dan di edarkan ke tubuh tumbuhan yang memerlukan sedangkan bau dari pada urine akan tetap tertinggal pada permukaan tubuh tumbuhan.
Apabila ada serangga yang mendekat, serangga tersebut akan mendapati adanya bau yang menempel pada daun maupun batang. Bau yang menguar tersebut sangat menyengat sehingga menimbulkan efek luar biasa bagi penciuman serangga sehingga serangga tersebut akan menghindar.
Akan tetapi beberapa serangga memiliki mobilitas yang tinggi dan menyebabkan serangga tidak sensitive terhadap bau. Sehingga walaupun menimbulkan efek bau yang menguar serangga tidak akan menanggapi rangsangan bau tersebut.
Setelah masuk ke dalam lambung pencernaan serangga maka insektisida tersebut akan bereaksi. Kemudian acetoginin akan masuk dan menempel pada dinding sel, lalu masuk ke dalam sel dan merusak ATP di dinding mitokondria. Sedangkan gugus acetoginin yaitu bulatocin dan squomasin akan mengkontaminasi dan menghambat kerja enzim sehingga menyebabkan keseimbangan kerja sel pencernaan terganggu dan makanan yang masuk tidak dapat tersintesis. Akhirnya hanya akan menumpuk menjadi racun yang menyebabkan serangga tersebut mati.
Untuk mendapat hasil yang maksimal lakukan penyemprotan 2 kali pada musim hama biasanya berkembang. Hal ini untuk menggantikan kerja dari insektisida sintetis yang biasa hanya di semprotkan sekali karena memiliki pengaruh yang ekstrem. Sedangkan untuk insektisida ini keefektifannya di dasarkan pada jumlah residu yang menempel pada tanaman. Sehingga dengan penyemprotan yang dilakukan 2 kali ini akan memberi hasil yang maksimal.Semakin besar tingkat residu semakin cepat pula serangga yang di maksud mati. Sebaliknya semakin kecil residu semakin lambat pula mekanisme kerjanya.
Selain itu dengan konsentrasi penyemprotan yang tinggi, akan menyebabkan serangga tidak bergairah untuk memakannya bahkan untuk serangga yang tidak memiliki penciuman yang sensetifpun dapat merasakannya. Sehingga dengan penyemprotan yang dilakukan 2 kali ini akan memberi hasil yang maksimal.
Dari sini dapat di lihat berbagai keunggulan dari insektisida yang di hasilkan. Berbeda dengan insektisida sintetis, insektisida alami tidak mengandung zat kimia berbahaya, sehingga penggunaannya pada tanaman tidak merusak kualitas. Pun penggunaan insektisida ini tidak membunuh organisme – organisme lain seperti cacing karena insektisida ini dimaksudkan untuk serangga dan benar – benar menjadi racun hanya apabila serangga – serangga yang memakannya.
Selain itu insektisida yang di hasilkan ini ramah lingkungan. Penggunaanya pada tanah tidak mencemari. Justru sebaliknya urine sapi memiliki kandungan nutrisi dan zat hara yang di butuhkan oleh tanah dan tumbuhan.


BAB V
 PENUTUP

1.      Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah :
a.       Insektisida adalah senyawa kimia yang penggunaannya di maksudkan untuk meracuni atau mengusir serangga.
b.      Acetogenin adalah kandungan yang terdapat dalam ekstrak daun kleresede yang dapat di merusak pencernaan serangga sedangkan amoniak yang terdapat pada urine sapi adalah zat yang dapat membuat respirasi serangga terganggu.
c.       Pembuatan insektisida dari urine sapi dan ekstrak daun kleresede sangat mudah.
d.      Penggunaan insektisida alami memiliki banyak keunggulan karena dapat mempertahankan kualitas tanaman, ramah lingkungan, dan efektif

2.      Saran
Saran penulis bagi para petani agar menghentikan penggunaan insektisida sintetis dan beralih pada insektisida alami karena memiliki banyak keunggulan.





DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Tanpa tahun. Kandungan daun kleresede dan sejenisnya. Diakses dari http://kandungan-kamal-dan-kleresede.html
Anonim. 2009. Pemanfaatan Urine Sapi. Diakses dari http://pemanfaatan-limbah-ternak.com
Pertiwi, Dewi. 2006. Insektisida Alami. Diakses dari http://insek-pembunuh-dan.meknisme.html
Zahanna, Dona. 2011. Keunggulan Insektisida Alami. Diakses dari http://insektisida.unggul.dan_perbandingannya.com


Continue reading →